Kehancuran Kota Hiroshima dan Nagasaki memukul perasaan bangsa Jepang. Mereka tidak dapat menutup mata, bahwa Sekutu lebih unggul dalam persenjataan. Apabila perang dilanjutkan, Jepang akan lebih hancur. Akhirnya Jepang memutuskan untuk mengakhiri perang dunia dengan melakukanpenyerahan kepada Sekutu tanpa syarat. Penyerahan Jepang kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 inilah yang menandai berakhirnya Perang Dunia (PD) II.
Hari-hari menjelang tanggal 15 Agustus 1945 merupakan hari yang menegangkan bagi bangsa Jepang dan bangsa Indonesia. Bagi bangsa Jepang, tanggal tersebut merupakan titik akhir nyali mereka dalam melanjutkan PD II. Menyerah kepada Sekutu adalah pilihan yang sangat pahit tetapi harus dilakukan. Bagi bangsa Indonesia, tanggal tersebut justru menjadi kesempatan baik untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan. Inilah yang menjadi pemikiran utama para pemuda atau sering disebut Golongan Muda kaum pergerakan Indonesia. Para pemuda berpikir, bahwa menyerahnya Jepang kepada Sekutu, berarti di Indonesia sedang kosong kekuasaan.
Proklamasi dipercepat adalah pilihan yang tepat. Hari Rabu tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang di rumah Sukarno di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana dan Darwis memaksa Sukarno untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda mendesak agar proklamasi dilaksanakan paling lambat tanggal 16 Agustus 1945. Sukarno marah, sambil menunjuk lehernya ia berkata, “Ini goroklah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI, karena itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok”. Ketegangan terjadi di rumah Sukarno. ini juga disaksikan antara lain oleh Moh. Hatta, dr. Buntaran, Ahmad Subarjo, dan lwa Kusumasumantri.
Para pemuda gagal memaksa Sukarno dan golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda malam itu sekitar pukul 24.00 tanggal 15 Agustus mengadakan pertemuan di Jl Cikini 71 Jakarta. Para pemuda yang hadir, antara lain Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Shodanco Singgih. Mereka sepakat untuk membawa Sukarno dan Moh.Hatta ke luar kota. Tujuannya, agar kedua tokoh ini jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda juga sepakat menunjuk Shodanco Singgih untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.
Sumber : Hasil Olahan Berbagai Sumber
Unsri. 2015. Proklamasi. Dimuat dalam web elearning.unsri.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 22.30 WIB
KABINET BER-AKSI
-Bidang Multimedia & Publikasi dan Bidang Kemahasiswaan HMTPL-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar